Tambang Emas di Indonesia dan Cara Pengolahan Limbahnya
Indonesia
memiliki berbagai macam bahan tambang yang terdapat di berbagai
daerah. Minyak bumi, gas alam, emas, batubara, bijih besi, dan aspal
merupakan jenis-jenis bahan tambang yang dimiliki oleh Indonesia. Salah
satu jenis bahan tambang yang cukup banyak dan tersebar
ketersediaannya di Indonesia adalah emas. Emas merupakan salah satu
jenis bahan tambang yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Emas
hampir dipasarkan dan diperdagangkan hampir di semua pasar perdagangan
bahan tambang di seluruh dunia. Nilai investasi emas meningkat setiap
terjadi perdagangan emas dalam jumlah yang cukup besar. Bahkan, jika
dilihat lebih jauh lagi, emas memberikan kontribusi berupa devisa yang
sangat besar bagi negara-negara pengekspor emas.
Emas
tidak terdapat di lapisan tanah yang cukup dalam dari permukaan bumi
atau permukaan tanah. Bisa dikatakan bahwa bahan tambang jenis ini
terletak di permukaan tanah, daerah aliran sungai yang berisi
endapan-endapan mineral, bahkan di daerah hilir sungai yang merupakan
akhir dari arah aliran air sungai yang mungkin saja menjadi tempat
berkumpulnya arah aliran beberapa sungai yang membawa endapan-endapan
mineral. Emas merupakan salah satu jenis mineral yang memiliki banyak
manfaat. Jenis mineral ini dapat digunakan sebagai bahan konduktor
pengantar panas di beberapa jenis alat elektronik. Namun, kegunaan emas
yang utama adalah sebagai bahan perhiasan berupa kalung, emas, cincin,
dan lain sebagainya. Jadi, secara garis besar, emas memiliki berbagai
manfaat untuk kehidupan manusia.
Untuk
mendapatkan emas yang terletak di permukaan tanah ataupun yang
terletak di daerah aliran sungai tidaklah terlalu sulit. Pencariannya
hanya mempergunakan alat-alat yang sederhana. Teknik pencarian dan
pengolahan limbahnya sangat sederhana. Namun, untuk mendapatkan emas
yang terdapat di dalam lapisan tanah dengan kedalaman tertentu,
pencarian emas perlu dipergunakan alat-alat teknologi dan teknik
pencarian yang cukup sulit. Survey lokasi merupakan salah satu kegiatan
awal yang diperlukan untuk mengetahui jumlah ketersediaan emas, posisi
atau letak emas, dan kedalaman emas dari permukaan tanah. Daerah yang
memiliki banyak ketersediaan emas tentu saja harus menjadi basis atau
sumber pencarian dan pengolahan limbah hasil eksplorasi emas.
Daerah-daerah inilah yang kemudian menjadi daerah-daerah tambang emas
yang mungkin saja alam dan lingkungannya dapat rusak karena adanya
kegiatan penambangan emas ini.
Indonesia
memiliki banyak tambang emas yang tersebar mulai dari Pulau Sumatra,
Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, dan Papua. Cadangan emas di Indonesia
cukup besar. Ini dapat dilihat dari jumlah tersebarnya daerah
tambang-tambang emas di Indonesia. Salah satu daerah tambang emas dengan
jumlah kandungan emas yang sangat besar terletak di daerah Pegunungan
Jayawijaya yang terletak di Provinsi Papua Barat. Derah ini hanya
memiliki satu tempat tambang emas, yaitu tambang emas Grasberg. Tambang Grasberg adalah tambang emas terbesar di dunia dan tambang tembaga ketiga terbesar di dunia. Tambang ini terletak di provinsi Papua di Indonesia dekat latitude -4,053 dan longitude 137,116, dan dimiliki oleh Freeport yang berbasis di AS dengan pembagian hasil tambang mencapai 67.3%, Rio Tinto Group mendapatkan 13%, Pemerintah Indonesia mendapatkan
9.3% dan PT Indocopper Investama Corporation mendapatkan 9%. Operator
tambang ini adalah PT Freeport Indonesia, yaitu anak perusahaan dari
Freeport McMoran Copper and Gold. Biaya membangun tambang di atas gunung
sebesar 3 milyar dolar AS.
Pada 2004, tambang ini diperkirakan memiliki cadangan 46 juta ons
emas. Pada 2006 produksinya adalah 610.800 ton tembaga; 58.474.392 gram
emas; dan 174.458.971 gram perak.
Awal dari ditemukan tambang emas ini berawal dari geologis Belanda Jean-Jacquez Dozy yang mengunjungi Indonesia pada tahun 1936 untuk menskala glasier Pegunungan Jayawijaya di provinsi Irian Jaya di Papua Barat. Dia membuat catatan di atas batu hitam yang aneh dengan warna kehijauan. Pada 1939, dia mengisi catatan tentang Ertsberg (bahasa Belanda untuk “gunung ore”). Namun, peristiwa Perang Dunia II menyebabkan laporan tersebut tidak diperhatikan. Dua puluh tahun kemudian, geologis Forbes Wilson, bekerja untuk perusahaan pertambangan Freeport, membaca laporan tersebut. Dia dalam tugas mencari cadangan nikel,
tetapi kemudian melupakan hal tersebut setelah dia membaca laporan
tersebut. Dia memutuskan untuk menyiapkan perjalanan untuk memeriksa
Ertsberg. Ekspedisi yang dipimpin oleh Forbes Wilson dan Del Flint, menemukan deposit tembaga yang besar di Ertsberg pada 1960.
Penghasilan tembaga Grasberg meningkat dari 515.400 ton pada 2004 menjadi 793.000 ton pada 2005. Produksi emas meningkat dari 1,58 juta ons
menjadi 3,55 juta ons. Jumlah produksi emas di tambang ini merupakan
yang terbesar di dunia. Namun, jika dilihat dari jumlah pembagian hasil
tambang emas ini, Pemerintah Indonesia hanya mendapatkan bagian yang
sangat kecil. Bagian yang sangat besar diterima oleh operator
penambangan yang mendapatkan bagian lebih dari 50%. Ini tentu saja
sangat menyedihkan mengingat tambang emas Grasberg berada di wilayah
Indonesia dan dimiliki oleh masyarakat Provinsi Papua Barat yang
notabene merupakan salah satu provinsi yang terdapat di Indonesia.
Indonesia
memiliki banyak perusahaan yang bergerak di dalam bidang penambangan
emas. Seperti Borneo Gold Corporation, yaitu perusahaan tambang emas
yang melakukan kegiatan penambangan emas di Pulau Kalimantan. Perusahaan
ini berkantor pusat di Toronto, Kanada. PT Freeport Indonesia yang
merupakan perusahaan tambang emas dari Amerika Serikat. Perusahaan ini
melakukan kegiatan penambangan di Provinsi Papua. Kalimantan Gold Co.Ltd
merupakan perusahaan tambang emas dan tembaga. Perusahaan ini berada
di Palangkaraya, Kalimantan Selatan. PT Kelian Equatorial Mining adalah
perusahaan tambang emas pit terbuka yang melakukan kegiatan
penambangan di Kelian, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Perusahaan ini
berkantor pusat di Balikpapan. Logam Mulia merupakan anak perusahaan
dari PT Aneka Tambang Tbk, Unit Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia.
Memproduksi emas batangan, koin emas, dan lain-lain. Berkantor pusat di
Jakarta. PT Mamberamo Indobara merupakan perusahaan tambang yang
bergerak di bidang tambang batubara, emas, dan minyak gas. Lokasi
tambang berada di daerah Mamberamo, Papua. Perusahaan ini berkantor
pusat di Kota Legenda, Bekasi. PT Nusa Halmahera Minerals merupakan
perusahaan yang bergerak di pertambangan emas. Perusahaan ini melakukan
kegiatan pertambangan di Pulau Halmahera, Maluku Utara. Perusahaan ini
berkantor pusat di Jakarta. PT Southern Arc Minerals Inc (Kanada) dan
PT Selatan Arc Minerals merupakan perusahaan tambang emas dan tembaga.
Kantor pusat berada di Graha Krama Yudha, Warung Jati Barat, Jakarta
Selatan. Tambang perusahaan ini berada di beberapa lokasi, seperti
Wonogiri, Lombok, dan Sumbawa.
Pengolahan
emas ini selain menguntungkan juga dapat memberikan beberapa efek
negatif. Selain melakukan eksplorasi alam secara berlebihan, penambangan
emas dan pengolahan emas akan menghasilkan limbah yang dapat mencemari
lingkungan. Kasus pencemaran limbah akibat penambangan emas salah
satunya terjadi di Perairan Pantai Buyat. Dugaan terjadinya pencemaran
logam berat di perairan pantai Buyat karena pembuangan limbah padat
(tailing) seharusnya tidak akan terjadi, seandainya limbah tersebut
sebelum dibuang dilakukan pengolahan lebih dulu. Pengolahan limbah
bertujuan untuk mengurangi hingga kadarnya seminimal mungkin bahkan jika
mungkin menghilangkan sama sekali bahan-bahan beracun yang terdapat
dalam limbah sebelum limbah tersebut dibuang. Walaupun peraturan dan
tatacara pembuangan limbah beracun telah diatur oleh Pemerintah dalam
hal ini Kementrian Lingkungan Hidup, tetapi dalam prakteknya dilapangan,
masih banyak ditemukan terjadinya pencemaran akibat limbah industri.
Mungkin terbatasnya tenaga pengawas disamping proses pengolahan limbah
biasanya memerlukan biaya yang cukup besar.Logam berat adalah logam yang
massa atom relatifnya besar, kelompok logam-logam ini mempunyai
peranan yang sangat penting dibidang industri misalnya : Kadmium Cd
digunakan untuk bahan batery yang dapat diisi ulang. Kromium Cr untuk
pemberi warna cemerlang atau verkrom pada perkakas dari logam. Kobalt
Co untuk bahan magnet yang kuat pada loudspeker atau microphone. Tembaga Cu untuk kawat listrik. Nikel
Ni untuk bahan baja tahan karat atau stainless steel. Timbal Pb untuk
bahan battery atau Accu pada mobil. Seng Zn untuk pelapis kaleng.
Mercury Hg dapat melarutkan emas sehingga banyak digunakan untuk
memisahkan emas dari campurannya dengan tanah, bahan pengisi termometer
dan dan masih banyak lagi kegunaan logam berat yang tidak mungkin saya
sebutkan semuanya disini. Hanya sangat disayangkan disamping begitu
banyak kegunaannya, kelompok logam-logam berat ini sangat beracun
misalnya Hg, Pb Cd dan Cr dan lain-lain. Ditambah lagi sifatnya yang
akumulatif di dalam tubuh manusia, dimana setelah logam berat ini masuk
ke dalam tubuh manusia, biasanya melalui makanan yang tercemar logam
berat. Logam berat ini tidak dapat dikeluarkan lagi oleh tubuh sehingga
makin lama jumlahnya akan semakin meningkat. Jika jumlahnya telah cukup
besar baru pengaruh negatifnya terhadap kesehatan mulai terlihat,
biasanya logam-logam berat ini menumpuk di otak, syaraf, jantung, hati,
ginjal yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan yang
ditempatinya. Tersebarnya logam berat di tanah, peraian ataupun udara
dapat melalui berbagai hal misalnya, pembuangan secara langsung limbah
industri, baik limbah padat maupun limbah cair, tetapi dapat pula
melalui udara karena banyak industri yang membakar begitu saja
limbahnya dan membuang hasil pembakaran ke udara tanpa melalui
pengolahan lebih dulu. Banyak orang beranggapan bahwa dengan cara
membakar maka limbah beracun tersebut akan hilang, padahal sebenarnya
kita hanya memindahkan dan menyebarkan limbah beracun tersebut keudara.
Pencemaran dengan cara ini lebih berbahaya karena udara lebih dinamis
sehingga dampak yang diakibatkannya juga akan lebih luas dan
membersihkan udara jauh lebih sulit.
Dalam
kasus Buyat, logam berat mercury kemungkinan dapat berasal dari limbah
proses pemisahan biji emas atau dari tanah bahan tambangnya sendiri
memang mengandung mercury. Banyak alternatif yang dapat digunakan untuk
mengolah limbah yang mengandung logam berat kususnya mercury
diantaranya ialah dengan teknologi Low TemperatureThermal Desorption (LTTD) atau dengan teknologi Phytoremediation. Pada sistem thermal desorption, material diuraikan pada suhu rendah (< 300 oC)
dengan pemanasan tidak langsung serta kondisi tekanan udara yang
rendah (vakum). Dengan kondisi tersebut material akan lebih mudah
diuapkan dibandingkan dalam tekanan tinggi. Jadi dalam
sistem ini yang terjadi adalah proses fisika tidak ada reaksi kimia
seperti misalnya reaksi oksidasi. Cara ini sangat efektif untuk
memisahkan bahan-bahan organik yang mudah menguap misalnya, (volatile organic compounds/VOCs), semi-volatile organic compounds (SVOCs), (poly aromatic hydrocarbon/PAHs), (poly chlorinated biphenyl/PCBs),
minyak, pestisida dan beberapa logam Cadmium, Mercury Timbal serta non
logam misal Arsen, Sulfur, Chlor dan lain-lain. Material yang telah
terpisah dalam bentuk uapnya akan lebih mudah untuk dikumpulkan kembali
dengan cara dikondensasikan, diadsorbsi menggunakan filter, larutan
atau media lain sehingga tidak tersebar kemana-mana. Dengan sistem thermal desorption
material yang berbahaya di pisahkan agar lebih mudah untuk ditangani
entah akan dibuang atau dimanfaatkan kembali, sedangkan bahan-bahan
organik yang sukar menguap akan terkarbonisasi menjadi arang.
Limbah
padat yang mengandung polutan mercury dan arsen dimasukkan ke dalam
sistem LTTD, limbah akan mengalami pemanasan tidak langsung dengan
kondisi tekanan udara lebih kecil dari 1 atmosfer. Polutan mercury dan
arsen akan menguap (desorpsi), sedangkan limbah padat yang telah bersih
dari polutan dapat dibuang ke tempat penampungan. Kemudian uap polutan
yang terbentuk dialirkan ke dalam media pengabsorpsi (absorber). Untuk
menangkap uap logam mercury dapat digunakan butiran logam perak atau
tembaga yang kemudian membentuk amalgam. Sedangkan untuk menangkap
ion-ion mercury dan arsen dapat digunakan larutan hidroksida (OH- ) - )sulfida (S2--) yang akan mengendapkan ion-ion tersebut. Dalam
sistem ini perlu ditambahkan wet scrubber dan filter karbon untuk
menangkap partikulat dan gas-gas beracun yang mungkin terbentuk pada
proses desorbsi. Keunggulan sistem ini ialah prosesnya cepat dan biaya
investasi peralatan dan operasionalnya murah, unitnya dapat dibuat kecil
sehingga dapat dibuat sistem yang mobil.
Teknologi
mengolah limbah dengan sistem Phytoremediasi, menggunakan tanaman
sebagai alat pengolah bahan pencemar. Pada limbah padat atau cair yang
akan diolah, ditanami dengan tanaman tertentu yang dapat menyerap,
mengumpulkan, mendegradasi bahan-bahan pencemar tertentu yang terdapat
di dalam limbah tersebut. Banyak istilah yang diberikan pada sistem ini sesuai dengan mekanisme yang terjadi pada prosesnya. Misalnya : Phytostabilization, yaitu polutan distabilkan di dalam tanah oleh pengaruh tanaman, Phytostimulation : akar tanaman menstimulasi penghancuran polutan dengan bantuan bakteri rhizosphere, Phytodegradation, yaitu tanaman mendegradasi polutan dengan atau tanpa menyimpannya di dalam daun, batang atau akarnya untuk sementara waktu, Phytoextraction, yaitu polutan terakumulasi di jaringan tanaman terutama daun, Phytovolatilization, yaitu polutan oleh tanaman diubah menjadi senyawa yang mudah menguap sehingga dapat dilepaskan ke udara, dan Rhizofiltration, yaitu polutan diambil dari air oleh akar tanaman pada sistem hydroponic.
Proses remediasi polutan dari dalam tanah atau air terjadi karena jenis tanaman tertentu dapat melepaskan zat carriers
yang biasanya berupa senyawaan kelat, protein, glukosida yang
berfungsi mengikat zat polutan tertentu kemudian dikumpulkan dijaringan
tanaman misalnya pada daun atau akar. Keunggulan sistem phytoremediasi
diantaranya ialah biayanya murah dan dapat dikerjakan insitu, tetapi
kekurangannya diantaranya ialah perlu waktu yang lama dan diperlukan
pupuk untuk menjaga kesuburan tanaman, akar tanaman biasanya pendek
sehingga tidak dapat menjangkau bagian tanah yang dalam.